Pejabat struktural manajemen STIP Jakarta yang diganti tersebut antara lain Pembantu Ketua (Puket) II Bidang Administrasi dan Umum, Puket III Bidang Ketarunaan, Kepala Bagian Administrasi dan Umum, serta tiga pejabat eselon IV di bidang ketarunaan, administrasi dan tenaga didik.

"Ini dalam rangka penyegaran juga. Sesuai petunjuk menteri, yaitu mengubah paradigma birokrasi yang selalu ingin dilayani menjadi tenaga pelayan. Jadi, jangan maunya dilayani terus. Yang dilayani taruna didik, sebagai wakil masyarakat," ungkap Dedi didampingi Ketua STIP Jakarta Rusman Hoesein, usai melantik sejumlah struktur.

Dedi menegaskan, perombakan tersebut juga bertujuan untuk mendongrak citra STIP Jakarta dalam rangka menyiapkan tarunanya di garda terdepan dalam dunia pelayaran domestik dan internasional. "Untuk menjadi garda terdepan, ada enam hal yang diinstruksikan Pak Menteri kepada kami untuk dijadikan perhatian utama. Yaitu kualitas, kuantitas, sarana pendukung, metodologi pengajaran dan pengawasan, organisasi, dan manajemen. Ini juga dalam rangka merealisasikan pesan yang tersirat dalam UU Pelayaran yang baru, untuk menyiapkan taruna-taruna andal berkualitas dalam menyongsong persaingan global" paparnya.

Khusus untuk pembinaan taruna, lanjut Dedi, pihaknya akan menerapkan sebuah metode baru dengan melibatkan semua personel di STIP. "Dari pucuk pimpinan hingga bawahan, sampai satpam dan cleaning servise akan kita libatkan untuk turut mengawasi taruna. Bukan memata-matai dalam artian negatif, tetapi ikut andil dalam melakukan pembinaan. Targetnya adalah meningkatkan pelayanan terhadap taruna itu sendiri, dari segi keselamatan, keamanan dan kenyamanan. Salah satu harapannya adalah supaya tragedi memalukan beberapa waktu lalu itu (baca: aksi pengeroyokan yang menewaskan seorang taruna junior oleh sejumlah taruna senior, Red) tidak terulang lagi," paparnya.

Kepala Sekolah STIP Jakarta Rusman Hoesein menambahkan, untuk meningkatkan kualitas sekolahnya ke depan, pihaknya di bawah koordinasi Badan Diklat tengah meramu sebuah kurikulum baru pengajaran. Sebuah konsep pendidikan lanjutan untuk menelurkan sarjana-sarjana profesional di bidang maritim tengah digodok saat ini.

"Kita sedang meramu block system pengajaran di STIP. Ini seperti yang dilakukan sekolah-sekolah pelayaran di luar negeri. Kita mengupayakan STIP sebagai lembaga formal juga bisa seperti itu, menelurkan sarjana berkualitas di bidang maritim. Misalnya ahli di bidang coast guard, seperti yang sudah dilakukan negara besar lain" ungkapnya.

Menurut Rusman, melalui block system tersebut, STIP akan dikondisikan tak hanya mencetak tenaga-tenaga operasional yang andal dan berkualitas. Tetapi, ke depan, STIP juga diarahkan bisa menelurkan lulusan-lulusan yang juga terdepan dalam hal manajerial pelayaran.

"Saat ini kita baru bisa meluluskan yang levelnya masih operator.. Belum ada satu pun sekolah pelayaran di Indonesia yang meluluskan sarjana, tenaga ahli profesional di bidang ini secara manajerial, melalui lembaga formal. Padahal untuk tenaga pengajar, kita punya banyak SDM yang mumpuni. Sementara di negara-negara maju lain sudah berjalan," ujarnya.

Dedi Darmawan menambahkan, selain itu, dirinya juga tengah mengupayakan untuk mengubah pencitraan negatif terhadap sumber daya yang ada di Badan Diklat yang telah terbangun selama ini. "Selama ini Badan Diklat dianggap sebagai ’tempat buangan’, dan orang-orang yang ada di dalamnya adalah ’orang-orang buangan’. Ini persepsi yang salah dan harus diubah. Kita akan benahi Badan Diklat untuk menegaskan itu, salah satunya terkait kesejahteraan pegawai di dalamnya," paparnya. (DIP)