Ramp check terpadu ini sendiri dipimpin langsung Direktur Jenderal Perhubungan Udara Departemen Perhubungan Budhi Muliawan Suyitno. Dalam  inspeksi tersebut, ada lima lima sektor yang diperiksa. Antara lain operasi pesawat, navigasi bandara, sarana listrik dan elektronik bandara, pelayanan penumpang dan keamanan bandara.

Meski tidak ada pesawat yang dilarang terbang, Budhi dan para inspektor menemukan beberapa temuan yang menonjol. Salah satunya adalah temuan kurang familiarnya pilot Batavia Air Boeing 737-200 PK-YTV, dalam pengoperasian peralatan Global Positioning System (GPS).

Selain itu, personal ground handling juga diketahui tidak melaksanakan prosedur keselamatan, yaitu tidak memasang wheel check. Sedangkan pilot line training Sriwijaya Air, tidak menggunakan silabus training. Untuk dokumentasi, ada pesawat yang dokumen spesifikasi operasi yang tidak lengkap dan minimum equipment list (MEL) yang ada sudah tidak update lagi. Untuk pesawatnya sendiri, ada mur di badan pesawat yang hilang serta lampu (taxi light) yang tidak terpasang. Pesawat yang ketahuan antara lain milik Garuda Indonesia, Air Asia, dan Lion Air.

Budhi mengingatkan, meskipun barang-barang tersebut kecil-kecil namun bila dibiarkan terus bisa menyebabkan celaka. "Saya minta agar tidak ada bibit-bibit kecelakaan. Karena kalau dibiarkan terus bisa menimbulkan hal yang tidak kita inginkan," kata Budhi. Pada bagian navigasi, Air Traffict Controller (ATC) ditemukan jumlah personel yang kurang. Budhi menyebutkan, menara ATC beroperasi selama 24 jam, saat ini personelnya hanya cukup untuk tujuh shift saja. Padahal, idealnya adalah 12 shift.

Untuk fasilitas, bangunan hotel transit di terminal 2 menghalangi pandangan ATC bagi pesawat yang parkir di apron terminal 2, sementara radio tower frekuensi 118,75 ada gangguan dari radio pemancar luar. Pada bagian bandara, dua unit garbata dan elevator di terminal 2 rusak, kendaraan pemadam kebakaran tipe 10.000 dan 15.000 liter sebanyak tiga unit juga rusak. Sedangkan bak air kapasitas 90.000 liter bocor dan tidak bisa digunakan lokasi fire station utama.

Sedangkan pada pelayanan, ditemukan personil check in counter yang tidak memeriksa identitas calon penumpang yaitu pada Lion Air dan Air Asia. Porter mengganggu kenyamanan penumpang karena dipenuhi oleh penjual voucher pulsa telepon seluler.

Pada segi keamanan, petugas screening tidak melakukan tugasnya sesuai dengan standard operation procedure (SOP), akses ruang tunggu pesawat udara tidak terkunci atau tidak terjaga.

Menyikapi hal itu, Budhi meminta baik maskapai maupun penyelenggara bandara segera memperbaiki temuan-temuan tersebut. "Agar penyelenggaraan penerbangan bisa berlangsung aman dan nyaman, baik saat terbang maupun pada saat berada di bandara," ujarnya.

Direktur Sertifikasi Kelaikan Udara Yurlis Hasibuan menambahkan, meskipun masih ada penyimpangan yang dilakukan oleh penyelenggara penerbangan dan bandara, namun sudah ada perkembangan. "Tidak ada yang digrounded itu sudah menjadi kemajuan bagi penerbangan kita. Mereka sudah mulai waspada dan memperbaiki diri," kata Yurlis. (DIP)