"Rencana strategis, misalnya melakukan peremajaan pesawat yang sudah boros bahan bakar. Untuk kerja sama strategi, bisa dengan melakukan code sharing antarmaskapai. Karena, lonjakan harga minyak yang terjadi saat ini sulit diprediksi kapan turunnya," ujar Menhub dalam sambutannya, pada seminar yang digelar Indonesia National Air Carriers Association (Inaca) di Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis (23/5). Terkait hal itu pula, Menhub menambahkan, Pemerintah saat ini juga tengah mengkaji kemungkinan memasukkan komponen fuel surcharge dalam standar pengenaan tarif batas atas. "Agar fuel surcharge lebih transparan," kata Menhub.

Menanggapi itu, Ketua INACA Rusdi Kirana menyatakan bahwa rekomendasi yang ditawarkan Menhub tersebut sangat logis dan masuk akal. Namun, kata dia, hanya satu rekomendasi yang dapat diterapkan dalam waktu dekat. Yaitu melakukan code sharing antarmaskapai. "Jadi, tidak semua rute diterbangi oleh satu maskapai. Kerja sama membuat connecting flight di satu rute bisa dilakukan," ujar Rusdi pada kesempatan yang sama. Sebagai kompensasi, lanjutnya, sesama maskapai yang melakukan code sharing tersebut bisa saling bantu dalam penjualan tiket. "Kalau peremajaan pesawat agak sulit, karena butuh dana besar," katanya.

Dipaparkan Rusdi, akibat lonjakan harga minyak dunia saat ini, tren pertumbuhan penumpang pesawat menurun. Dari yang selama ini mencapai 15 persen per tahun, katanya, menjadi 10 persen per tahun. Menurut Rusdi, salah satu faktor penyulut kondisi itu adalah berkurangnya daya beli masyarakat akibat meningkatnya biaya hidup.

Tak hanya itu, kenaikan harga avtur juga mendongkrak pengeluaran maskapai hingga 40 persen. Kondisi tersebut memicu hilangnya profit perusahaan sebesar 20 persen. "Karena yang 20 persennya dibebankan kepada konsumen," ungkap Rusdi. (DIP)