Dikatakan Menteri, tambang batu bara tak ada yang di tepi laut, sementara pelabuhan ada di pantai, sehingga perlu ada angkutan massal hasil tambang untuk mengangkutnya. Pemilik tambang batu bara pasti membutuhkan angkutan, dan memerlukan investor untuk membangun jalan kereta api ke pelabuhan.


Di sisi lain Jepang yang sangat berharap keamanan dan kelangsungan pasokan gas dari Indonesia mau membantu, karena dengan penggunaan batu bara, pemakaian gas untuk industri di Indonesia bisa dikurangi. "Karenanya saya meminta Jepang membantu pembangunan jaringan kereta api di Kalimantan," katanya.


Menteri merasa prihatin dengan sering terjadinya kereta api anjlok yang setahun terjadi 200 kali dan penyebabnya itu-itu saja tetapi manajemen PT KAI tidak mampu menanggulanginya. "Kalau penyebab anjloknya roda yang tipis, kenapa tidak beli?" tanyanya.


Jusman berencana meninjau fasilitas perawatan kereta karena mendengar laporan bahwa tingkat perawatan kereta api sangat rendah dan direksi terpaksa membeli suku cadang yang murah. Ia berpendapat, manajemen PT KAI jangan hanya mempertimbangkan masalah finansial tetapi lebih ke keselamatan, sehingga dalam membeli barang tidak hanya mencari yang murah tetapi kurang handal.


Menteri Perhubungan menekankan pentingnya jumlah kereta api yang cukup untuk mengangkut masyarakat, selain kenyamanan agar mereka yang berpunya mau naik kereta api dan jangan ada lagi yang duduk di kamar kecil. Tahapan awal pembenahan konsentrasi di jalur Tanahabang – Serpong dengan membangun jalur ganda, menambah sarana dengan kereta-kereta berpendingin udara, sterilisasi stasiun dan pemberlakuan tiket elektronik.


Di Jabotabek ini setiap hari KA mengangkut 600.000 orang, yang kata Menteri sebenarnya mungkin lebih dari 800.000 akibat banyaknya penumpang tidak mau bayar. Ini akibat dari stasiun yang tidak steril dan kurangnya kereta sehingga banyak penumpang naik ke atap.


Dengan tiket elektronik dan sterilisasi stasiun, ternyata pendapatan PT KAI bisa meningkat banyak. Karenanya pembenahan yang sama juga akan dilakukan di jalur Jakarta-Depok-Bogor dan Jakarta-Tangerang serta Jakarta – Bekasi.


Dalam kaitan ini, Menhub melihat ada baiknya dilakukan pemisahan (spin off) KA Jabotabek dari PT KAI. Namun Menteri mengerti jika ada penolakan dari manajemen PT KAI, karena dengan spin off akan banyak yang dilepaskan dan mereka tidak punya kontrol lagi.


Menyinggung undang-undang yang baru UU No 23 tahun 2007 tentang Perkeretaapian, Menteri berharap swasta dan pemerintah daerah mau berpartisipasi. Menteri menyatakan penghargaan kepada beberapa pemerintah daerah, antara lain Pemprov Banten yang sudah ikut menangani masalah penjaga pintu perlintasan KA yang bukan karyawan PT KAI.


Ia juga menyambut baik swasta yang mau menjadi investor jalur KA Bandara Soekarno-Hatta, yang diharapkannya selesai pada tahun 2009. Ia mendengar pemilik Blue Bird bersedia menjadi investor KA Bandara.
Menteri Perhubungan berharap agar MASKA aktif memberi masukan demi kemajuan kereta api di Indonesia. ***