BENER MERIAH, ACEH - Mendung masih menggelayut di atas Gunung Bur Birah Panyang. Udara dingin di pagi hari itu menyapu permukaan Bandar Udara (bandara) Rembele yang terletak di Gampong Bale Atu, Kecamatan Bukit, Kabupaten Bener Meriah, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Berada di ketinggian 1200 meter di atas permukaan laut, Bandara Rembele menjadi gerbang udara satu satunya yang berada di dataran tinggi dan menjadi pintu masuk menuju kawasan eksotik daerah Dataran Tinggi Gayo.

Penghasil Kopi Terbaik Dunia

Dataran Tinggi Gayo terletak di salah satu bagian punggung Pegunungan Bukit Barisan yang membujur sepanjang Pulau Sumatra. Secara administratif, wilayah Dataran Tinggi Gayo meliputi Kabupaten Aceh Tengah, Kabupaten Bener Meriah, dan Kabupaten Gayo Luwes yang membentang luas. Tiga kota utamanya yaitu Takengon, Blang Kejeren, dan Simpang Tiga Redelong, dapat ditempuh melalui jalan darat yang berkelok dengan pemandangan yang indah.

Dahulu kawasan ini merupakan daerah terisolir. Setelah pembangunan infrastruktur jalan dan Bandara Rembele dikembangkan, Dataran Tinggi Gayo menjadi salah satu permata nusantara yang memesona. Kawasan ini memiliki wisata Danau Laut Tawar, Dermaga Dedalu, Pantan Terong, Bur Luncuk Leweng, Air Terjun Reje Ilang, Air Terjun Transaran Bidin, Air Terjun Rerebe dan beberapa kawasan wisata eksotik lainnya.

Dataran Tinggi Gayo juga merupakan daerah penghasil biji kopi paling sohor di dunia dan berbagai produk hortikultura serta perkebunan lainnya. Kawasan ini kini kian dikenal oleh masyarakat, dan semakin banyak didatangi wisatawan dari berbagai kota dan mancanegara.

Geliat Perekonomian Masyarakat

Bandara Rembele mulai dibangun pada tahun 2000, selesai dibangun tahun 2003, dan mulai beroperasi sejak tahun 2004. Tahun 2014, Presiden Joko Widodo menugaskan Kementerian Perhubungan untuk memprioritaskan pengembangan fasilitas Bandara Rembele sehingga dapat menjadi daya ungkit perekonomian masyarakat di kawasan Dataran Tinggi Gayo.

Pengembangan dilakukan dengan meningkatkan fasilitas bandara. Landasan bandara diperpanjang dari semula 1.400 meter diperpanjang menjadi 2.250 meter. Apron juga diperluas, dari 80 meter x 106 meter menjadi 95 meter x 150 meter, juga dilakukan pelapisan landasan pacu dan taxiway. Terminal juga diperluas dari semula 400 meter persegi menjadi 1.000 meter persegi dan juga mempercantik tampilan interior terminal.

Bandara Rembele diproyeksikan mampu menampung 200 ribu penumpang per tahun dan bisa didarati bukan hanya pesawat jenis Fokker 50 atau CN 235, tetapi juga bisa didarati oleh jenis pesawat komersial, semisal jenis pesawat Turboprop ATR 72.

Para wisatawan yang ingin berkunjung ke Dataran Tinggi Gayo dapat menempuh berbagai alternatif perjalanan, 7 jam dari Kota Banda Aceh, bisa juga dari Medan dengan durasi lama perjalanan 7 jam, melalui jalan darat. Dengan perjalanan udara, para wisatawan yang datang ke daerah ini hanya perlu waktu 1 jam saja dari Bandara Kualanamu Medan ke Bandara Rembele.

Kehadiran Bandara Rembele, seperti yang diharapkan Presiden Joko Widodo saat meresmikan beroperasinya pengembangan bandara ini empat tahun lalu, agar dapat meningkatkan perekonomian masyarakat nampaknya segera terwujud. Manfaat itu telah dirasakan secara nyata oleh masyarakat Dataran Tinggi Gayo. Kehadiran Bandara Rembele telah menjadi akselerator perekonomian di wilayah Dataran Tinggi Gayo, khususnya bagi masyarakat di Kawasan Kabupaten Aceh Tengah dan masyarakat Kabupaten Bener Meriah.

Erwin Pratama, Camat di Kecamatan Bies, Kabupaten Aceh Tengah dan juga pemilik ARB Coffee Shop di Kawasan Jl. Lebe Kader Reje Bukit, Simpang Empat, Bebesen, Kabupaten Aceh Tengah ini mengungkapkan, kehadiran Bandara Rembele meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung ke daerah Aceh Tengah. Juga semakin banyak usaha masyarakat yang berkaitan dengan industri pariwisata seperti perhotelan, cafe, restoran hingga industri kecil pusat oleh-oleh dan hasil pertanian tumbuh dan berkembang cukup pesat di Aceh Tengah.

Erwin berharap Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dapat meningkatkan promosi pariwisata Dataran Tinggi Gayo lebih massif lagi dan meningkatkan frekuensi penerbangan dari daerah lain menuju Bandara Rembele lebih banyak lagi. Jika dua hal ini dilakukan, Erwin yakin Dataran Tinggi Gayo menjadi daerah tujuan wisata yang tak kalah menariknya dari daerah tujuan wisata favorit lainnya di nusantara.

“Saat pandemi Covid-19 dan penerbangan menuju Rembele ditiadakan, nyata benar pengaruhnya bagi masyarakat,” ujar Erwin. Ia berharap, pandemi segera berakhir dan perekonomian di Aceh Tengah menggeliat kembali.

Meningkatnya kedatangan wisatawan menuju kawasan Dataran Tinggi Gayo melalui Bandara Rembele dibenarkan oleh Sadikin , pemilik Seladang Café yang berada di Jalan Raya Bireuen - Takengon, Jamur Ujung, Wih Pesam, Kabupaten Bener Meriah.

Pria berambut gimbal yang biasa dipanggil gembel ini merasakan dampak yang besar dari kehadiran sebuah bandara di daerah tujuan wisata seperti yang ada di Dataran Tinggi Gayo ini. Menurutnya, kehadiran Bandara Rembele meningkatkan kunjungan wisatawan ke daerah ini, juga meningkatkan nilai tambah perekonomian masyarakat, uang semakin banyak beredar, dan beragam produk yang dihasilkan masyarakat menjadi dikenal dan dibeli menjadi buah tangan.

“Ada manfaat meningkatnya nilai tambah,” jelasnya

Perlu Terminal Kargo

Peran dan manfaat dari kehadiran Bandara Rembele untuk meningkatkan perekonomian masyarakat Dataran Tinggi Gayo tidak perlu diragukan lagi perannya. Masyarakat domestik dan internasional telah menjadikan Dataran Tinggi Gayo sebagai daerah tujuan wisata yang diagendakan untuk dikunjungi. Namun Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Bener Meriah, Haili Yoga berharap Bandara Rembele memiliki terminal kargo. “Kehadiran terminal kargo di Bandara Rembele bagi masyarakat adalah sebuah kebutuhan bukan keinginan,” cetusnya.

Menurut Sekda Haili Yoga, potensi ekonomi yang dapat ditumbuhkan dengan adanya terminal kargo di Bandara Rembele sangat besar. “Potensi komoditas unggulan berupa kopi Arabika Gayo yang sangat dikenal di dunia perkopian internasional sangat tinggi di daerah ini,” cetusnya.

Kehadiran terminal kargo, lanjut Sekda Haili Yoga dapat meminimalisir biaya transportasi dan distribusi produk kopi dan produk pertanian lainnya yang berlimpah di daerah ini. Biaya distribusi dan transportasi menjadi lebih kecil sehingga harga produk yang diperoleh petani menjadi lebih baik, yang pada akhirnya pendapatan masyarakat lebih tinggi.

Pemda bersama masyarakat Kabupaten Bener Meriah sangat mengharapkan kehadiran pesawat kargo di Bandara Rembele ini dan kami mohon dipercepat apalagi landasan pacu bandara sudah siap, berarti ini tinggal kemauan dari pihak terkait,” tegas Sekda.

Kabupaten Bener Meriah, lanjut Haili, merupakan sentra pertanian dan perkebunan serta pariwisata, sperti kopi dan palawija. Hasil tersebut tidak dapat langsung diangkut melalui jalur udara karena pesawat yang bisa singgah di Bandara Rembele ini berkapasitas kecil. Alhasil, hasil perkebunan dan pertanian masyarakat harus dipasarkan melalui jalur darat yang memakan waktu lama dan biaya tinggi.

Haili berharap, Pemerintah Pusat dapat segera merealisasikan pembangunan terminal kargo di Bandara Rembele sehingga pesawat-pesawat kargo dapat mendarat dan mengangkut produk-produk yang memiliki nilai ekonomis tinggi dari daerah ini.

Potensi produksi kopi dari dua wilayah Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah diperkirakan berjumlah 66,249,275 ton per tahun, atau sebanyak 5.520,77 ton per bulan.

Sudah Ada Master Plan-nya

Terkait dengan keinginan Pemda Bener Meriah dan Aceh Tengah yang berharap Bandara Rembele memiliki terminal kargo, Kepala Unit Penyelenggara Bandar Udara (UPBU) Rembele, Faisal, ST.MT mengungkapkan, pihaknya telah mengajukan master plan pembangunan ke Kementerian Perhubungan di Jakarta dan berharap ada segera tindak lanjut dari usulan yang dikirimkan.

“Potensi Bandara Rembele dengan kelengkapan fasilitas terminal kargo dapat menjadi akselator perkembangan ekonomi kawasan ini,” jelasnya. (IS/HG)