Matahari baru saja keluar dari bukit saat kami keluar dari penginapan di Mansinam Resort, Manokwari. Sebuah resort yang indah yang lokasinya hanya beberapa kilometer dengan Pulau Mansinam, pulau bersejarah yang terletak di teluk doreri, sebelah selatan kota Manokwari.
 
Dengan menggunakan mobil sewaan dari hotel, kami berangkat menuju pelabuhan Manokwari, untuk menyaksikan penyerahan sekaligus pengoperasian secara resmi KMP  Napan Wanami dan KM Sabuk Nusantara 32 dan bus umum oleh Menteri Perhubungan EE Mangindaan.
 
Saat kendaraan yang kami tumpang melaju dengan kecepatan sedang, perhatian kami tiba-tiba tertuju pada sebuah bus sedang bertulisan Departemen Perhubungan, yang saat itu baru selesai menurunkan sekitar 30 orang penumpang.

Bus tersebut berhenti pas di dermaga penyebrangan ke Pulau Mansinam, pulau yang paling bersejarah bagi umat kristiani di Papua. Karena pada  157 tahun yang lalu, tepatnya 5 Februari 1855, dua orang misionaris dari Jerman, C.W. Ottow dan Johann Gottlob Geissler menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di Papua dan menyebarkan agama Kristiani.

Ternyata bus itu merupakan satu-satunya bus pelajar yang beroperasi di kota Manokwari. Bus itu diberikan oleh pemerintah pusat melalui  Kementrian Perhubungan sebagai kompensasi dari pengurangan BBM tahun 2002.

‘’Sebenarnya kami mendapatkan tiga buah, tapi yang bisa beroperasi tinggal satu. Satu bus dalam kondisi tidak dapat dipakai karena rusak berat dan satunya sedang akan diperbaiki karena bagian lantainya sudah berlubang dan bodinya juga berkarat,’’ kata Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Manokwari B Bonevtar kepada tim dephub.go.id.

Keterbatasan dana menjadi alasan mengapa Dishub Kabupaten Manokwari tidak bisa memperbaiki bus yang rusak total. “Jangankan untuk membeli yang baru, untuk memperbaiki yang rusak saja kami tidak memiliki dana yang cukup. Kami sudah merencanakan  mengajukan permohonan untuk mendapatkan bus yang baru kepada Pemprop Papua Barat untuk diteruskan ke pemerintah pusat,’’ tambah Bonevtar.

Stevly, sopir yang sehari-harinya bertugas mengemudikan bus tersebut menjelaskan, bus pelajar ini mulai keluar dari kantor Dishub Kabupaten Manokwari pulul 05.30 wib. Selanjutnya melayani anak-anak sekolah mulai SD hingga SMA. Arahnya ke Bakaro (Barat) hingga ke Abasi (Timur), Arowi 1, Arowi 2 hingga pasir putih. Kegiatan ini berlangsung hingga pukul 08.00 wib selanjutnya bus kembali ke Dishub Manokwari.

Bus baru akan kembali keluar dari Kantor Dishub Manokwari sekitar pukul 11.30 untuk kembali menjemput anak-anak dari sekolahnya untuk diantarkan ke rumahnya masing-masing. Kegiatan ini berlangsung hingga pukul 15.00 wib, karena kadang setelah sekolah masih ada kegiatan ekstra sekolah lainnya. Para pelajar ini tidak menurunkan di terminal, melainkan diantar hingga ke depan rumah atau setidaknya di gang-gang masuk ke arah rumahnya.

Pada pagi hari saat mengantar ke sekolah maupun siang pada saat pulang sekolah, bus pasti penuh, bahkan lebih banyak yang berdiri dibandingkan dengan yang duduk. Bus dengan kapasitas tempat duduk sebanyak 24 seat itu kalau pagi hari sekali angkut bisa 50 orang. “Kalau pagi sSudah seperti bus PPD 46, jurusan Grogol-Uki, sangat penuh,” seloroh Stevly yang sempat tinggal di Jakarta.

Tarif bus pelajar yang resmi dikeluarkan oleh Dishub Manokwari sebesar Rp 2000/pelajar. Namun kadang Stevly atau kondekturnya hanya menerima Rp 1000 atau bahkan tidak sedikit yang mengucapkan terima kasih saja. ‘’Dibayar Rp 1000 kami terima. Mereka hanya mengucapkan terima kasih pun tidak apa-apa, kami sudah senang. Karena tujuan kami memang memberikan pelayanan kepada pelajar,’’ jelasnya.

Kalau naik ojek, tarifnya sekitar Rp 10.000 untuk sekali antar. Sedangkan kalau naik kendaraan umum, tarifnya antara Rp 3000-4000/orang. Kadang banyak kendaraan umum yang tidak mau mengangkut anak-anak pelajar karena ongkos yang dibayarkan kadang hanya Rp 1.000 hingga Rp 2000 saja.

Karena rendahnya ongkos yang dibayarkan oleh para pelajar ini, maka Dishub Manokwari setiap bulannya memberikan subsidi sekitar Rp 14 juta, yang digunakan untuk membeli bahan bakar, ganti oli, perawatan dan biaya operasional lainnya termasuk untuk sopir.

Untuk menekan biaya subsidi, Bonevtar menjelaskan, terkadang mereka menyewakan bus pelajar ini kepada organisasi-organisasi ke masyarakatan seperti kepada gereja atau saat-saat musim liburan seperti Minggu kemarin, dimana banyak masyarakat yang datang ke Manokwari untuk menghadiri ulang tahun 157 kedatangan injil di tanah Papua.

Jika melihat kondisinya, memang cukup mengenaskan. Satu-satunya bus pelajar di kota itu harus bertarung dengan waktu untuk tetap dapat mengabdi dengan tujuan untuk membuat masyarakat di Manokwari tetap bisa berangkat maupun pulang dari sekolah dengan tepat waktu.

Masyarakat, sebagaimana disampaikan oleh Catherine, yang memiki satu orang anak yang saat ini duduk di kelas 2 sekolah menengah tinggat pertama (SMP) sangat berharap bus pelajar ini dapat ditambah beberapa buah. Selain menjadi lebih cepat tiba dan pulang dari sekolah, juga lebih manusiawi. Kasihan jika bus kecil itu di jejali dengan anak-anak sekolah mulai SD hingga SMA.

Ia mengaku sangat terbantu dengan adanya bus sekolah ini. Dengan menggunakan bus sekolah, biayanya lebih hemat dibandingkan dengan menggunakan angkutan umum. Dan yang lebih menguntungkan lagi, anak-anak bisa sampai dan kembali kerumah dengan tepat waktu. Karena jika main-main dulu, pasti kembali ke rumahnya lebih sore dan si anak harus mengeluarkan ongkos yang lebih besar. “Keberadaan bus pelajar ini sangat membantu sekali,’’ katanya.

Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementrian Perhubungan Suroyo Alimoeso mengatakan, pemberian bantuan bus ke daerah-daerah terpencil memang menjadi program pemerintah pusat. Namun diingatkan, daerah-daerah yang membutuhkan bus bantuan juga jumlahnya sangat banyak, dan tentunya harus menunggu anggaran-anggaran selanjutnya.

Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara merawat dengan sebaik-baiknya kendaraan-kendaraan tersebut. “Hanya dengan cara merawat lah kendaraan itu akan awet,’’ ujar Suroyo. (PR)