BATAM - Adalah Ms Shaesta Waiz, terlahir di tengah-tengah kamp pengungsian perang, hingga membuat ia dan keluarganya memutuskan untuk hijrah dari Afghanistan ke Amerika Serikat pada tahun 1987, hingga saat ini. Hijrah Ms. Waiz ke Amerika Serikat bukan lain karena perang Uni Soviet - Afghanistan yang tengah berkecamuk saat itu.

Sepenggal kisah pilu ini sudah berlalu, kini Ms Waiz telah berhasil menjadi pilot pesawat udara sipil wanita pertama Afghanistan. Hal ini diketahui Waiz setelah Pemerintah Afghanistan memberikan pilot licensenya dan mengatakan ialah pilot sipil wanita pertama di Afghanistan.

Kini Capt. Waiz telah mendapatkan apa yang diinginkan dan telah membuktikan kepada keluarganya bahwa kodratnya menjadi seorang wanita tidak menghalangi dirinya untuk bisa menjadi seorang pilot pesawat terbang. Akan tetapi rupanya impiannya selama ini tidak berhenti hingga disitu. Capt. Waiz ingin dirinya dapat menginspirasi dan membuat suatu perubahan bagi anak-anak muda khususnya wanita di seluruh dunia.

"Saya adalah seorang pilot, passion saya di dunia aviasi, saya sangat mencintai pekerjaan saya, akan tetapi menurut saya yang lebih penting lagi adalah bagaimana saya dapat menginspirasi dan membuat perubahan anak-anak perempun di seluruh dunia," kata Capt. Waiz usai berbicara di hadapan kurang lebih 100 pelajar di Batam, Senin (31/7).

Demi dapat menginspirasi sekaligus memotivasi generasi muda khususnya wanita agar tertarik dengan Science, Technology, Engineering, dan Matematika dalam dunia penerbangan saat ini Capt. Waiz tengah melakukan solo flight (terbang solo tanpa ditemani) keliling dunia ke 18 negara dengan melalui 34 pemberhentian (stop) termasuk Indonesia dimana Bali dipilih Waiz sebagai pemberhentiannya ke 15.

"Motivasi saya solo flight keliling dunia bukan untuk memecahkan rekor dunia tetapi untuk menginspirasi generasi muda khususnya wanita agar tertarik dengan Science, Technology, Engineering, dan Matematika dalam dunia penerbangan," ujarnya.

Keseriusan Capt. Waiz untuk menginspirasi banyak orang terlihat dimana hingga saat ini ia belum berkarir sebagai pilot di suatu maskapai. Ia lebih memilih memberikan beasiswa kepada generasi muda khususnya wanita melalui organisasi yang ia pimpin Dreams Soar, membangun kepercayaan diri generasi muda, dan menjadi role model bagi mereka.

Kegelisahan lainnya yang membuat Capt. Waiz semakin yakin dengan misinya saat ini adalah kegelisahannya melihat jumlah pilot wanita di dunia yang jumlahnya masih sangat sedikit. Data Internasional Civil Aviation Organization (ICAO), jumlah pilot maskapi penerbangan wanita di seluruh dunia baru 450 pilot atau sekitar 0,6 % dari jumlah pilot maskapai keseluruhan di seluruh dunia.

Di Indonesia sendiri, Kementerian Perhubungan mencatat saat ini terdapat 150 orang wanita yang memiliki license sebagai pilot. Terkait hal ini Capt. Waiz mengaku gembira mendengar terdapat 150 wanita penerbang di Indonesia. Akan tetapi menurutnya ini belum cukup.

"Kita perlu memberdayakan para wanita generasi muda karena wanita adalah ibu dunia, mereka nantinya yang akan membawa anak-anaknya untuk menginspirasi anak-anak mereka," ungkapnya.

Selanjutnya Capt. Waiz berpesan kepada seluruh generasi muda khususnya wanita untuk dapat mengatasi suara dari dalam diri sendiri yang mengatakan diri kita tidak mampu.

"Miliki kepercayaan diri pada apa yang anda lakukan," tegas Capt. Waiz.

Rencananya pertengahan Agustus ini Capt. Waiz akan terbang solo menuju Bali dengan pesawatnya tipe Beechcraft Bonanza A36. Dari Bali ia akan melanjutkan penerbangan solonya ke Benua Australia. (GD/TH/BS)