JAKARTA – Dalam rangka peningkatan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional serta perwujudan ekonomi melalui penggerakan sektor strategis ekonomi logistik diperlukan peningkatan ekspor Indonesia kepada negara-negara lain. Peningkatan ekspor tersebut dapat diwujudkan melalui peningkatan pelayanan sektor transportasi laut terutama di Pelabuhan Tanjung Priok.

“Sesuai dengan Nawacita jelas dinyatakan bahwa peningkatan produktivitas rakyat dan daya saing pasar internasional mewujudkan kemandirian ekonomi untuk menggerakkan sektor strategis dunia logistik. Hal ini sangat diperlukan untuk meningkatkan ekspor. Peningkatan ekspor juga dapat diwujudkan melalui peningkatan pelayanan sektor transportasi laut. Kita memang ingin Pelabuhan Tanjung Priok ini menjadi tempat yang memberikan suatu layanan yang maksimal yang baik kepada masyarakat terutama dunia logistik,” jelas Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi saat memberikan paparan dalam acara Forum Ekspor 500% Melalui Digitalisasi dan Efisiensi Logistik Nasional di Kantor Pelindo II Tanjung Priok pada Selasa (8/5).

Sebagaimana diketahui bahwa pada tahun 2016, peringkat Indeks Konektivitas Indonesia pada sektor transportasi laut meningkat di posisi 75 dibandingkan pada tahun 2015 pada posisi 82. Peningkatan indeks tersebut mencerminkan adanya peningkatan pelayanan yang diberikan oleh Indonesia.

Selain itu untuk mendukung peningkatan ekspor dibutuhkan prasarana yang memadai untuk mendukung peningkatan ekspor di Indonesia seperti Pelabuhan Tanjung Priok.

“Bicara mengenai ekspor kita harus tentukan prioritas yaitu Pelabuhan Tanjung Priok difungsikan sebagai Regional Gate Way karena saat ini lebih dari 60% peti kemas di Indonesia sudah melewati Tanjung Priok,” ujar Menhub.

Lebih lanjut, Menhub mengatakan Kementerian Perhubungan juga melakukan beberapa hal untuk mendorong peningkatan ekspor diantaranya melalui peningkatan sistem, penyediaan sumber daya manusia dan koordinasi dengan stakeholder terkait.

“Kami menyiapkan sistem yang namanya inaportnet, ini tidak saja menjadi suatu sistem tetapi dapat diakses bersamaan dengan sistem lain seperti INSW (Indonesia National Single Window). Kedua kita menyediakan SDM yang handal. Kita pastikan bahwasanya SDM yang kita tugaskan untuk pekerjaan ini yang nomor satu. Ketiga adalah kita siap mengkoordinir dengan stakeholder terkait. Saya siap menjadi fasilitator bagi semua pihak,” terang Menhub.

Saat ini Indonesia mengusung proses perizinan ekspor dengan satu pintu atau disebut dengan INSW yang akan memiliki sistem elektronik yang terintegrasi secara nasional dan dapat diakses melalui jaringan internet. Sistem ini meliputi sistem kepabeanan, perizinan, kepelabuhanan/kebandarudaraan dan sistem lain yang terkait dengan proses pelayanan dan pengawasan kegiatan ekspor dan impor. Dengan adanya sistem perizinan yang terintegrasi diharapkan proses ekspor dapat berjalan lebih efisien.

Menhub juga menjelaskan saat ini barang industri yang menduduki peringkat I pengangkutan melewati laut yaitu kelapa sawit yang diangkut sebanyak 30 juta ton pertahunnya.

“Dari hasil identifikasi barang yang paling banyak diangkut di Indonesia itu pertama kelapa sawit dan kedua itu pulp dan kertas. Kalau kita bisa konsolidasikan dengan mengajak pelaku industri kelapa sawit, bagaimana metode pengangkutan dari mana kemana. Kalau itu bisa ditentukan mungkin akan menguntungkan bagi dunia angkutan (logistik) kita,” urai Menhub.

Sementara itu, Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) Rosan P. Roeslani juga mengatakan berbagai upaya akan dilakukan secara terus menerus agar ekspor jauh lebih tinggi dibandingkan dengan impor sehingga dapat memberikan devisa bagi negara.

Saat ini lebih dari 50% tujuan ekspor Indonesia masih didominasi negara tujuan ekspor tradisional yaitu di kawasan Amerika Utara, Eropa dan Asia Timur. Untuk itu perlu diciptakan pasar baru dengan tujuan ekspor meliputi Asia Selatan, Timur Tengah dan Benua Afrika. (LFH/TH/RK/BI)