Kementerian Perhubungan melalui Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) akan menjalin kerja sama dengan Perguruan Tinggi Negeri untuk mendukung program vokasi. Hal ini bermula dari keinginan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi untuk menjawab tantangan mengenai penguasaan kompetensi dan teknologi bagi sumber daya perhubungan.

Dengan memiliki sumber daya manusia yang berkompetensi di masing-masing sektor transportasi, maka kualitas pelayanan dapat menjadi lebih baik dan juga mampu membuat kebijakan yang lebih baik pula.

“Sebagaimana kita ketahui Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, hal tersebut harus kita imbangi dengan sumber daya manusia yang berkompetensi tinggi agar dapat bersaing di kancah internasional,” ungkap Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi.

Oleh karena itu agar keinginan tersebut terwujud, sekolah-sekolah kedinasan Kementerian Perhubungan akan menjalin kerja sama dengan Perguruan Tinggi Negeri. Saat ini, PIP Semarang sedang menjajaki kerja sama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk meningkatkan kualitas sumber daya perhubungan.

“Pak Menteri berkeinginan untuk menyelesaikan tantangan tentang penguasaan kompetensi dan teknologi itu sekolah-sekolah kita tidak bisa sendiri. Kita lebih cenderung pada praktisi dan notabene dulu kita didesain sebagai yang murni mencetak operator, makanya banyak yang bilang sekolah-sekolah kita ini tidak terlalu akademisi sekali,” jelas Direktur PIP Semarang Dr. Capt. H. Wisnu Handoko pada 6 Juli 2017 di Kantor PIP Semarang.

Capt. Wisnu Handoko juga menjelaskan sekolah-sekolah kedinasan harus mengikuti Tri Dharma Perguruan Tinggi seperti pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat bila mengikuti ranah Dikti.

“Padahal format sekolah-sekolah kedinasan milik Kementerian Perhubungan sekarang mengikuti ranah Dikti. Ada yang Politeknik, Sekolah Tinggi, dan nama gelar-gelarnya pun mengikuti ranah di Dikti. Kalau kita mengikuti ranah Dikti, yang namanya Perguruan Tinggi harus melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi seperti ada pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Itulah yang akhirnya diminta oleh Pak Menteri, kita harus bekerja sama,” jelasnya.

Pemilihan Perguruan Tinggi Negeri sebagai mitra kerja sama dikarenakan sekolah-sekolah seperti UGM, UI, dan Undip mempunyai network yang banyak dan memiliki pengaruh secara sosial pada masyarakat yang lebih luas. Ini juga sesuai dengan kebijakan Presiden Jokowi yang mengharapkan diklat pemberdayaan masyarakat dapat masuk ke masyarakat melalui sekolah seperti UGM.

Teknik mesin konsentrasi alat berat jadi pilihan

Teknik mesin menjadi jurusan yang terpilih untuk memulai kerja sama PIP Semarang dan Sekolah Vokasi UGM karena masih mempunyai irisan kurikulum dan silabus yang sama. Program pembelajaran kerja sama ini masih belum dimulai hingga saat ini. Pihak PIP Semarang dan Sekolah Vokasi UGM ingin mempersiapkan dan mengonsepkan materi dengan sebaik mungkin.

“Programnya sampai saat ini memang secara riil pembelajarannya belum dimulai karena masih dalam masa persiapan. Kami tidak ingin terburu-buru karena ini dilaksanakan di dua tempat,” ujar Direktur PIP Semarang yang sebelumnya pernah menjadi pelaut ini.

Perwakilan Sekolah Vokasi UGM Braam Delfian menambahkan program studi yang akan dijadikan kerja sama adalah teknik pengelolaan dan perawatan alat berat. Saat ini penjajakan sudah sampai tahap kurikulum, akan tetapi masih ada yang perlu diperdalam yaitu tentang isi atau muatan.

“Untuk di Sekolah Vokasi yang akan dilakukan kerja sama itu program Diploma 4. Prodi (program studi) bernama teknik pengelolaan dan perawatan alat berat. Ini prodi exisisting dan sudah terakreditasi,” tambah Braam Delfian.

Rencananya selama program pendidikan ini mahasiswa akan menjalankan semester 1 hingga 4 di UGM kemudian di semester berikutnya mereka akan ditawarkan untuk mengambil kelas di PIP Semarang untuk mengetahui lebih dalam mengenai mesin kapal. Di PIP Semarang mereka akan mengambil satu semester dan dilanjutkan praktik berlayar seperti halnya para taruna.

Setelah selesai berlayar mereka mengambil uji kompetensi dan menyelesaikan program di UGM. Mereka tetap akan diwisuda sebagai lulusan UGM, tapi sebagai nilai tambahan akan memegang ijazah kompetensi pelaut. Hasil dari program ini diharapkan dapat membantu perkembangan dan memperkuat dunia maritim di Indonesia.

“Bisa dibayangkan secara akademisi bagus karena dididik di UGM, tapi mereka belajar juga tentang kapal. Jadi, mungkin mereka ke depannya di bidang-bidang pengembangan maritim akan banyak. Misalkan jadi dosen ia bisa mengajarkan generasi berikutnya, sebagai peneliti barangkali juga akan bisa memberikan kontribusi bagaimana mengoperasikan dan memelihara mesin. Kira-kira seperti itu tujuannya,” ungkap Capt. Wisnu Handoko.

Pihak PIP Semarang berencana akan memaparkan langsung program kerja sama ini di depan mahasiswa setelah menetapkan kurikulum dan mekanisme pembiayaan pada akhir bulan Juli atau Agustus.