Makan Patita. Kata ini tidak asing di telinga orang Maluku. Makan Patita memiliki arti makan bersama-sama. Biasanya makan yang tersaji adalah makanan tradisonal dan dilakukan untuk memperingati acara-acara tertentu.

Makan Patita ini tetap dijaga oleh masyarakat Maluku di pedesaan maupun di perkotaan. Selain untuk menjaga tradisi dan budaya Maluku, makan bersama ini juga dilakukan untuk tetap menjaga keakraban antar keluarga, saudara dan kesukuan adat di Ambon.

Terkait dengan kegiatan Sail Banda 2010 yang merupakan event bersekala internasional, panita nasional penyelenggara Sail Banda akan menyelenggarakan Makan Patita yang semuanya berbahan baku dari ikan.

Kepada Dinas Perhubungan Pemda Maluku Benyamin Gaspersz kepada www.dephub.go.id menjelaskan, ‘’Mengingat acara ini bernuansa bahari, maka acara Makan Patita ini pun berbau bahari, yaitu memakan makanan tradisional yang semuanya berbahan baku ikan,’’ kata Benny panggilan akrab Benyamin.

Sehari sebelum Makan Patita, Dinas Perikanan dan Kelautan Pemda Maluku akan membagi-bagian ikan segar kepada seluruh masyarakat di kota ambon, beserta dengan resepnya. Lain ikan yang akan diolah lain pula resep yang diberikan. Karena ikan tertentu sangat baik untuk masakan dan akan menjadi masakan yang lezat, tapi menjadi tidak baik jika dimasak atau di olah menjadi masakan lain.

Dinas Perikanan dan Kelautan bekerjama dengan Dinas Budpar telah menyiapkan sekitar 1000 resep, yang nantinya harus diolah menjadi masakan, kue-kue atau apapun yang akan berbeda satu sama lainnya. “Kami akan memecahkan rekor MURI makan ikan 1000 rasa,’’ kata Benny, panggilan akrab Gaspersz.

Acara Makan Patita akan di gelar di sepanjang jalan Patimura Ambon, mulai BPD Maluku. Masyarakat yang hadir pada acara tersebut diperbolehkan mencicipi masakan yang tersedia dengan sesuka hatinya dan cuma-cuma

Mengapa dipilih masakan dan makanan yang berbasis ikan? Menurut Benny, Maluku sangat kaya akan ikan. Berdasarakan catatan, laut Maluku mempunyai potensi ikans ekitar 1,64 juta ton setiap tahunnya, sementara yang baru termanfaatkan sekitar 300.000 ton. Sehingga masih terbuka peluang untuk menciptakan ikan menjadi aneka menu, mulai makanan maupun kue-kue.
 
Maluku Lumbung Ikan Nasional
Pemda Maluku juga telah mentargetkan Maluku sebagai lumbung ikan nasional. Lumbung ikan dimaksud bukan hanya sebagai makna harfiah, yaitu tepat berkumpulnya ikan untuk dikonsumsi melainkan juga sebagai tempat berkumpulnya biota-biota laut yang dapat dinikmati keindahannya, mulai ikan hias, rumput laut, mutiara dan biota laut lainnya

Tujuan pencanangan Maluku sebagai lumbung ikan nasional adalah untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat, dan masyarakat Maluku harus menjadi penerima manfaat pertama dari proyek ini. Tentu saja kearifan dalam mengeloa hasil laut harus dijaga secara maksimal untuk melindungi keberadaan keanekaragaman ikan hingga tetap aman dan lestari.

Maluku yang memiliki lebih dari 1000 pulau merupakan rumah yang damai untuk ikan dan biota laut lainnya. Laut Maluku memiliki keunikan yang menjadi kekayaan yang tersimpan sebagai misteri, sehingga mengundang minat keingintahuan dan untuk dapat menikmati panorama bawah laut yang dapat di kelola sebagai industri pariwisata bahari.

Pulau Banda sangat dikenal dengan biota laut yang sangat cantik. Pera penyelam profesional dari segala penjuru dunia mengatakan bahwa Pulau Banda sebagai salah satu tujuan snorkeliing dan diving utama di dunia. Bahkan permaisuri kerajaan Inggris Lady Diana pernah menghabiskan waktunya di pulau ini.
           
Karenanya Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono selain membuka secara resmi puncak acara Sail Banda 2010 pada 3 Agustus 2010, juga akan mencanangkan Maluku sebagai umbung ikan nasional.
 
Geliat Pengrajin Mutiara
Geliat bisnis pun menyambut Sail Banda 2010. Sejumlah pengrajin mulai meningkatkan produksinya guna menyambut tamu-tamu wisatawan. Ambon dikenal sebagai salah satu sentra kerajinan mutiara air tawar dan mutiara air laut serta besi putih.

Terkait dengan Sail Banda 2010, akan digelar Maluku Expo pada 31 Juli – 5 Agustus 2010. Tempatnya di Lapangan Merdeka Ambon dimana Gong Perdamaian Dunia berada. Beragam kerajinan akan dipamerkan di ajang ini yang sudah pasti mutiara.

Mutiara adalah perhiasan yang sangat indah dan memiliki nilai yang tinggi karena proses pembentukannya yang alami di dalam air. Kualitas, bentuk dan warna mutiara ini pun bermacam-macam, tergantung dari kulitas air tempat mutiara itu berkembang. Untuk diketahui, budidaya mutiara terdiri dari dua jenis, yaitu mutiara air laut dan mutiara air tawar. Beda kualitas sudah tentu beda harganya .

Mutiara dibuat dalam berbagai hiasan indah, baik untuk anting, giwang, kalung, gelang, dan cincin. Untuk motif desain-desain pengikatnya diambil dari majalah-majalah luar negeri supaya lebih menarik dan tidak monoton.

Bukan hanya mutiara yang berbentuk biji yang diolah untuk hiasan, kulit mutiara juga bisa dibuat dalam berbagai macam bentuk kerajinan mulau hiasan cincin, gelang sampai hiasan kaligrafi dan kulisan

Salah satu kawasan kerajinan kerang mutiara di kota Ambon adalah di desa Batu Merah. Kawasan ini sudah dikenal sebagai penghadil kerajian mutiara sejak puluhan tahun yang lalu secara turun temurun.

Proses pembuatannya hingga menjadi suatu karya seni harus melampui proses yang cukup panjang, mulai pembersihan cangkang kerang, penggambaran model, pemindahan model pada cangkang, penggergajian cangkang, kemudian pembentukan wadah, pembersihan permukaan model dan penempelan model pada wadah. Semakin rumit pengerjaannya semakin lama waktu yang dibutuhkannya
Di sepanjang jalan utama di Batu Merah akan mudah di dapatkan para penjual mutiara dalam berbagai bentuk kerajinan dengan harga yang bervariasai mulai Rp 25.000 hingga jutaan rupiah. Salah satu jenis kerajinan lain yang juga banyak peminatnya adalah baja putih yang di bentuk dalam berbagai aneka perhiasan
 
Ambon pun Bersolek
Menyambut Sail Banda 2010, Ambon pun bersolek. Sepanjang jalan, mulai dari Bandara Patimura hingga kota Ambon yang ditempuh dengan 1 jam perjalanan, diwarnai dengan bentangan sepanduk-sepanduk dan baliho berukuran besar, seakan menyambut wisatawan lokal dan internasional yang akan hadir di propinsi Maluku dalam rangka Sail Banda 2010.

Di sebelah kanan jalan yang berkelok-kelok, terlihat tepian pantai teluk Ambon yang indah. Terlihat juga kapal-kapal ikan nelayan dan kapal-kapal besar milik Pertamina maupun kapal penumpang milik Pelni dan kapal barang. Keindahan pantai-pantai di teluk Ambon ini sudah terlihat beberapa saat sebelum pesawat mendarat di Bandara Patimura.

Masyarakat Kota Ambon tampak sangat antusias menyambut event internasional ini. Di sudut-sudut kota, selain baliho dan spanduk bernuansakan Sail banda juga terlihat lampion dan bendera-bendera warna warni.

Di sudut-sudut jalan dan kedai-kedai kopi, mereka asyik membicarakan Sail Banda. Salah satu tempat yang kami kunjungi adalah Kedai Kopi Joas. Di kedai kopi yang selalu ramai ini menyediakan beraneka suguhan kopi, mulai kopi hitam, kopi susu, kopi jahe, dan kopi susu telur ayam kampung. Harganya pun relatif terjangkau sekitar Rp 3.000 hingga Rp 7500 untuk ukuran gelas besar.
            
Sebagai teman minum kopi, tersedia pula beberapa macam penganan ringan. Ada yang namanya gogos, seperti lemper isi ikan, pulud yang dimasak seperti lemang, pulud unti, onde-onde, roti goring, dan keripik pisang. Tidak ketinggalan pisang goreng yang di goreng hingga kering dan sukun goreng

Yang menjadi keistimewaan Kedai Kopi Joas, selain tempatnya yang startegis rasa kopinya beda dari yang biasanya. Ini karena Kedai Kopi Joas menggunakan kopi jenis arabica sebagai bahannya dan dicampur dengan sedikit rempah-tempah. Dan air yang digunakan juga harus yang benar-benar mendidih.
    
Mereka berharap banyak pada event internasional ini. Masyarakat Maluku berharap Ambon dikenal sebagai daerah tujuan wisata yang kaya akan keindahan khususnya panorama pantai dan bawah laut, bukan dikenal sebagai daerah konflik dan sarat dengan kerusuhan. (TIM)