JAKARTA – Abdur Arsyad standup comedian asal Flores, Nusa Tenggara Timur yang didaulat sebagai pembawa acara Webinar “Transportasi Untuk Merajut Keberagaman Indonesia” episode ke-4 menjadi contoh putera daerah Indonesia Timur – yang berkat jasa pembangunan transportasi laut bisa merantau ke Jawa Timur untuk melanjutkan studi di perguruan tinggi di Kota Malang.

Abdur membenarkan sekilas perjalanan hidupnya diutarakan oleh Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, kisah itu terjadi belasan tahun yang lalu. Dia mengaku, kala itu orang tuanya hanya memberi uang cukup untuk membeli tiket kapal laut. “Tiket transportasi udara waktu itu mahal, tidak ada uang, dan masih jarang,” ujar Abdur.

Perjalanan Abdur dari NTT ke Jawa, ujar Menhub Budi Karya, menunjukkan peran strategis dari moda transportasi laut yang mempersatukan Indonesia yang meliputi 17 ribuan pulau yang tersebar di nusantara, dengan keberagaman suku, agama, ras, budaya maupun bahasa.

Ungkap Menhub lagi, sekarang dan ke depan, peran transportasi laut tidak sebatas angkutan penumpang, tetapi menjadi infrastruktur penting dalam upaya menggulirkan roda perekonomian nasional. “Kapal tidak hanya mengangkut penumpang, tetapi juga membawa barang/komoditi dan juga ternak. Sudah jutaan ekor sapi dari NTB dan NTT selama ini diangkut ke Jawa dan Dumai (Sumatera-red),” jelas Menhub.

Menhub menambahkan, pembangunan transportasi laut fokus akan menghubungkan daerah-daerah terdepan, terluar dan tertinggal, yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia, yang dihuni beragam suku, agama, ras maupun bahasa.

Merajut Nusantara

Keberagaman itu, jelasnya lagi, perlu dijembatani dengan infrastruktur konektivitas yang memadai. Kita satukan dari Sabang sampai Merauke, tidak boleh terpisahkan kita rajut nusantara sesuai amanah Sila ke 3 Pancacila – Persatuan Indonesia.

“Transportasi laut selain menjadi simpul konektivitas antar pulau juga merupakan penghubung serta menjadi urat nadi yang mendorong pertumbuhan ekonomi nasional di seluruh pelosok Indonesia,” ujar Menhub, Senin (24 /08).

Peran strategis dari transportasi laut itu, menurut Menhub Budi, mengikuti himbauan Presiden Joko Widodo dalam pidato Sidang Tahunan dan Sidang Bersama MPR/DPR pada tanggal 14 Agustus lalu yaitu dalam situasi krisis akibat pandemi ini pemerintah harus terus bergerak membuat terobosan untuk menciptakan lompatan kemajuan.

Lanjut Menhub Budi, seraya memberi contoh beberapa pembangunan infrastruktur transportasi laut terus berjalan dengan tetap mengedepankan protokol kesehatan, seperti penyelesaian pembangunan Pelabuhan Patimban di Subang, Jawa Barat, Pelabuhan Kijing yang terletak di Kabupaten Mempawah Kalimantan Barat, dan Pelabuhan Gilimas Lombok.

Pemerintah optimis, lanjut Menhub, pembangunan Pelabuhan Patimban selesai tahap I Oktober 2020, target soft launching November 2020. Demikian pula, pembangunan Pelabuhan Kijing, nantinya Proyek Strategis Nasional akan menjadi pelabuhan berstandar internasional terbesar di Pulau Kalimantan.

Selain itu, kata Menhub Budi, yaitu pembangunan Pelabuhan Gilimas Lombok. Menhub terus berupaya mendorong pelaksanaan pembangunan dan pengembangan Terminal Gilimas guna mendukung pariwisata di wilayah Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Pada tahun 2020, lanjut Menhub lagi, masih terdapat beberapa infrastruktur perhubungan laut yang pembiayaan pembangunannya akan dilaksanakan melalui skema pendanaan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN).

“Sebagai alternatif pembiayaan pembangunan selain APBN, juga meliputi proyek pengembangan Pelabuhan Seba di Nusa Tenggara Timur dan pembangunan Menara Suar Tanjung Batu di Tarakan, Kalimantan Utara,” ujarnya.

Di masa adaptasi kebiasaan baru menghadapi pandemi Covid 19, Kementerian Perhubungan terus melaksanakan salah satu program transportasi laut dalam merajut keberagaman, dengan menciptakan kesetaraan dan pemerataan ekonomi, yaitu Tol Laut.

“Program Tol Laut telah dimulai tahun 2015 hingga tahun 2020 telah mengoperasikan 26 trayek angkutan barang tol laut, 110 trayek pelayaran perintis dan 6 trayek kapal ternak,” jelas Menhub.

Seperti yang diungkapkan Menhub, salah satu program berkaitan dengan upaya peningkatan konektivitas antar wilayah di Indonesia untuk kesetaraan perekonomian adalah Tol Laut. “Program Tol Laut telah memberikan kontribusi dan manfaat dalam menekan angka disparitas harga, khususnya di Wilayah Timur Indonesia serta meningkatkan pemerataan ekonomi di seluruh wilayah Indonesia,” ujarnya.

Posisi Geografis Indonesia Luar Biasa

Dirjen Perhubungan Laut, Agus H. Purnomo mengatakan Indonesia itu luar biasa, tidak ada negara yang seperti Indonesia. “Luasnya luar biasa khususnya lautnya, punya pulau yang jumlahnya belasan ribu, dan memiliki beragam suku, agama, ras, serta budaya,” jelasnya.

Dari geografisnya, Dirjen Agus menilai nusantara memiliki peluang yang luar biasa untuk sektor transportasi laut, sekitar 40% perdagangan dunia melalui lautan Indonesia. “Sebagian besar kargo dunia (60%) diangkut melalui kapal laut, 40% nya lewat di perairan Indonesia,” ujarnya.

Dirjen Agus berharap, ke depannya kita (angkutan laut Indonesia – red) harus bisa menangkap peluang itu sebesar-besarnya. Sementara itu, di sisi lain pertumbuhan ekonomi di negeri ini masih terfokus di sebelah barat nusantara - terutama Jawa dan Sumatera kemudian Kalimantan.

Pemerintah, melalui Ditjen Perhubungan Laut Kemenhub terus berupaya menghubungkan/membangun konektivitas di wilayah Indonesia Timur, khususnya daerah terluar, terpencil, tertinggal, dan diharapkan pertumbuhan ekonomi bisa merata.

Sesuai dengan isu strategis transportasi laut tahun 2020-2024, Kemenhub akan fokus menyiapkan sarana dan prasarana untuk mendukung konektivitas logistik, kemudian melakukan integrasi dan pemerataan sehingga seluruh wilayah Indonesia bisa menikmati aksesibilitas melalui jalur laut.

Mulai dari pelabuhan, hingga saat ini terdapat total 636 pelabuhan yang terdiri dari 28 pelabuhan utama, 164 pelabuhan pengumpul, 166 pelabuhan pengumpan regional, dan 278 pelabuhan pengumpan lokal. Lalu, terdapat 1.321 rencana lokasi pelabuhan dengan 55 terminal yang merupakan bagian dari pelabuhan umum.

Dirjen Agus menyatakan pihaknya tengah mendorong konektivitas antara pelabuhan dengan jaringan industri. Pelabuhan-pelabuhan akan dikembangkan menjadi lebih besar sehingga bisa disandarkan kapal kargo yang ukurannya juga besar.

"Kita juga lakukan integrasi kawasan dengan infrastruktur. Beberapa pelabuhan didukung kawasan industri di belakangnya, kita akan bangun lagi supaya logistiknya bisa efisien," tambah Agus.

Pihaknya juga akan mendorong bangkitnya pariwisata melalui pembangunan pelabuhan untuk pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) seperti Mandalika yang didukung Pelabuhan Gili Mas, lalu di KEK Galang Batang, Bitung dan lainnya.

Sedangkan arah kebijakannya, Dirjen Agus menjelaskan dalam rangka mendukung perkembangan maritim nusantara, antara lain, bagaimana angkutan laut bisa menjadi murah – tarif terjangkau terutama dibanding dengan angkutan lain.

Selain itu, angkutan laut juga mudahdiakses dan sederhana. Kemudian bagaimana meningkatkan terus konektivitas – menghubungkan jaringan pelabuhan dengan kawasan industri.

Harapan INSA, Kucurkan Stimulus

Transportasi laut, menurut Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Indonesian Nation Shipownership Asosiation (INSA), Carmelita Hartoto, sangat berperan untuk menjangkau dan menghubungkan pulau-pulau di wilayah nusantara sehingga menciptakan konektivitas antar pulau di Indonesia. “Transportasi laut sangat dibutuhkan untuk menghubungkan, mengikat, dan merajut keberagaman dan berdampak pada pergerakan berbagai sektor,” ujarnya.

Carmelita tetap menaruh harapan besar di era adaptasi kebiasaan baru ini sektor transportasi laut terus berkembang dan berharap Pemerintah tetap dapat melakukan lompatan besar agar bisnis di sektor logistik tetap menggeliat dan bertumbuh. Saat ini bisnis di sektor logistik masih belum bergairah. Kinerja pelayaran nasional mengalami kontraksi 17,48%. Penurunan ini berbanding lurus dengan kinerja ekonomi nasional yang juga minus 5,32%. “Saya berharap sektor transportasi dan angkutan laut segera kembali bergairah dan stimulus yang dibutuhkan industri pelayaran dapat segera direalisasikan Pemerintah,” ujar Carmelita. (IS/AS/HG)