JAKARTA – Pemerintahan Presiden Joko Widodo bertekad terus melakukan kemajuan dan modernisasi transportasi nasional, khususnya transportasi massal dan infrastruktur pendukungnya. Tekad tersebut konsisten dilakukan jajaran Pemerintahan Presiden Joko Widodo – Ma’ruf Amin dengan membangun dan megembangkan sarana dan infrastruktur pendukung serta melakukan modernisasi transportasi yang sudah ada, termasuk di dalamnya modernisasi transportasi massal di tanah air.
Pembangunan Kereta Cepat Jakarta Bandung merupakan ikon sekaligus momentum Indonesia melakukan modernisasi transportasi massal di era kemajuan yang sedang berlangsung terus menerus. Saat ini pembangunan Kereta Cepat Jakarta Bandung telah mengalami kemajuan yang sangat berarti, dan progress pembangunannya telah mencapai prosentase yang sangat siginifikan.
Uji coba Kereta Cepat Jakarta Bandung sendiri akan segera dilakukan dan proses uji coba akan dilakukan 2 tahap, yakni tahap pertama dalam rangka event internasional G20, dimana Indonesia menjadi presidensi untuk negara-negara G20, kemungkinan akan dilakukan uji coba Kereta Inspeksi dari Tegalluar menuju Padalarang pada akhir November 2022. Sedangkan untuk Commercial Operation Date (COD) atau mulai beroperasinya kereta cepat direncanakan pada awal Juli tahun 2023.
Rencananya Presiden RI Joko Widodo dan Presiden Tiongkok Xi Jinping akan melakukan kunjungan kerja dan menginspeksi langsung untuk melihat progress pekerjaan sekaligus mencoba Kereta Inspeksi (EMU - CIT) dari DK 127 menuju Stasiun Tegalluar.
Optimis Beroperasi Sesuai Jadwal
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, optimis target Pemerintah membangun Kereta Cepat Jakarta Bandung dapat beroperasi sesuai jadwal yang telah ditetapkan. “Masih cukup waktu untuk menyelesaikan pekerjaan proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung yang tinggal beberapa persen lagi, ujar Menhub usai melakukan kunjungan ke Depo Tegal Luar, Kabupaten Bandung, beberapa waktu lalu, seperti yang dikutip berbagai media di Jakarta.
Kereta Cepat Jakarta Bandung akan melintasi beberapa stasiun, mulai dari Stasiun Halim - Stasiun Karawang - Stasiun Padalarang yang akan ditempuh kurang lebih 36-45 menit, selanjutnya dari stasiun Padalarang akan menjadi stasiun perjumpaan antara kereta cepat dengan kereta feeder Kereta Cepat Jakarta Bandung yang akan menuju Stasiun Bandung ( menggunakan kereta feeder ) dengan waktu tempuh kurang lebih 22 menit. Kecepatan Kereta Cepat Jakarta Bandung bisa diatur antara 250-350 kilometer per jam, dengan 2 kali pemberhentian yaitu di Stasiun Karawang dan Stasiun Padalarang.
Menhub Budi Karya Sumadi mengungkapkan, suatu kebanggaan bagi bangsa Indonesia bahwa Indonesia adalah negara pertama di Asia Tenggara yang memiliki kereta cepat modern.
Selain meninjau proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung, Menhub juga berkesempatan meninjau Stasiun Padalarang yang tengah melakukan sejumlah pembangunan prasarana perkeretaapian untuk memperlancar perjalanan kereta feeder Kereta Cepat Jakarta Bandung dari Stasiun Padalarang – Stasiun Cimahi – Stasiun Bandung.
Saat ini, penataan rel (emplasemen) di stasiun-stasiun antara Padalarang – Bandung dan penanganan perlintasan sebidang dengan membangun fly over dan Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) di tiga titik yaitu di Ciroyom, Cimindi dan Pusdikpom Cimahi menuju tahap penyelesaian.
Jalur Stasiun Padalarang – Stasiun Bandung selain digunakan oleh kereta feeder Kereta Cepat Jakarta Bandung, juga dilalui oleh kereta api lokal Bandung Raya yang dioperasikan oleh PT KAI Commuter. Jalur KA Padalarang - Bandung ini melewati sejumlah stasiun yakni Stasiun Gadobangkong, Stasiun Cimahi, Stasiun Cimindi, Stasiun Andir, Stasiun Ciroyom, dan Stasiun Bandung. Sementara penyelesaian pekerjaan di lintasan Padalarang ke Tegalluar tinggal dilakukan finishing dan pemasangan rolling stock. Jika hal ini sudah selesai dilakukan, Menhub berharap dapat segera melakukan ujicoba.
Di Depo Tegalluar, saat ini tengah dilakukan perangkaian ulang dua train set Kereta Cepat Jakarta Bandung yang didatangkan langsung dari China. Dua train set tersebut meliputi satu kereta inspeksi (Comprehensive Inspection Train / CIT)dan sebelas rangkaian kereta api cepat penumpang (Electric Multiple Unit / EMU) KCIC400AF untuk penumpang. Satu train set EMU meliputi 11 rangkaian kereta, yang memiliki 8 kereta gerbong penumpang yang dapat menampung 601 penumpang dengan pembagian 18 VIP, 28 first class, dan 555 second class.
Multiplayer Efek Perekonomian Daerah
Upaya Pemerintah mengembangkan Kereta Cepat Jakarta Bandung, transportasi massal yang menggunakan teknologi super canggih dan memiliki kecepatan yang tinggi ini sangat detail dalam memperhatikan keselamatan, keamanan dan kenyamanan penumpang. Selain itu, keberadaan Kereta Cepat Jakarta Bandung ini juga akan menjadi pelengkap ekosistem transportasi kereta api melalui potensi pertumbuhan ekonomi baru di Indonesia khususnya di wilayah Jawa Barat dan DKI Jakarta sertaberkontribusi terhadap pembangunan dan pertumbuhan perekonomian wilayah dan kawasan yang dilalui Kereta Cepat Jakarta Bandung.
Kereta Cepat Jakarta Bandung juga merupakan transpotasi massalyang merupakan solusi permanen jangka panjang yang diharapkan dapat mengatasi kemacetan lalu lintas jalanan di ruas-ruas jalan perkotaan dan ruas-ruas jalan menuju Bandung, dua daerah yang diproyeksikan di masa mendatang menjadi daerah megapolitan, ruas jalan di daerah sekitarnya, mengurangi emisi karbon dan polusi udara, serta langkah efektif untuk mengalihkan masyarakat pengguna kendaraan pribadi beralih ke transportasi massal secara efektif.
Kereta Cepat Jakarta Bandung merupakan transportasi massal masa depan yang menggunakan energi listrik atau energi terbarukan nonfosil, dan menjadi isu strategis semua bangsa untuk mengurangi kerugian yang sangat besar yang membebani negara akibat kemacetan dan pemborosan penggunaan energi fosil (BBM) yang bersubsidi. Berdasarkan catatan dari Direktorat Jenderal Perhubungan Darat (DJPD), tercatat kerugian akibat kemacetan di DKI Jakarta berkisar Rp100 triliun per tahun dan akan semakin membengkak menjadi Rp130 triliun apabila ditambah dengan kemacetan Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Bodetabek) dan Bandung.
Bila berbagai moda transportasi di berbagai ibukota/kota besar telah terintegrasi, diperkirakan total kerugian dan subsidi pemerintah dapat dikurangi sehingga dana dari subsidi energi BBM dapat dialihkan kepada pembangunan kesejahteraan, pendidikan, kesehatan dan lainnya.
Berulangkali Presiden RI Joko Widodo menegaskan bahwa kemacetan bukan hanya persoalan DKI Jakarta dan sekitarnya (Bodetabek) tetapi juga persoalan seluruh kota-kota besar di Indonesia seperti di DI Yogyakarta, Surakarta, Surabaya, dan Medan. “Bila Pemerintah tidak berani mengembangkan transportasi massal di daerah-daerah, maka kemacetan akan terus terjadi.” tukas Jokowi.
Karena itu, Presiden mengingatkan para pemangku kepentingan agar terus berupaya untuk melakukan peningkatan infrastruktur transportasi seperti menambah panjang ruas jalan raya untuk kendaraan pribadi, yang harus dibarengi dengan pengembangan transportasi massal seperti mass rapid transit ( MRT), light rail transit (LRT), dan kereta cepat. “Sepanjang apapun penambahan ruas jalan raya apabila transportasi massal tidak dipersiapkan maka akan tetap berpotensi memicu kemacetan,” tukas Presiden.
Presiden Jokowi juga mendorong sektor transportasi beralih dari konsumsi energi fosil ke energi listrik atau elektrifikasi, termasuk kendaraan roda dua, roda empat, dan transportasi publik lainnya.
“Elektrifikasi akan mengurangi polusi udara secara signifikan, menghemat anggaran subsidi negara, serta mengurangi penggunaan bahan bakar fosil seperti Bahan Bakar Minyak (BBM) dan gas,” ujarnya lagi.
Selanjutnya Presiden menjelaskan perlunya pengurangan penggunaaan energi fosil karena sumber energi ini akan terus berkurang dan tidak mustahil akan habis dari muka bumi dalam beberapa tahun ke depan.
Proyek Pembangunan Kereta Cepat Jakarta Bandung Membawa Banyak Manfaat
Perlu diketahui bahwa pembangunan proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung merupakan Proyek Strategis Nasional (PSN) yang memiliki panjang trase 142,3 kilometer dengan tipe struktur elevated sepanjang 82,7 kilometer dan sisanya berupa 13 tunnel dan subgrade.
Kereta Cepat Jakarta Bandung ini memiliki empat stasiun perhentian di sepanjang lintasan, yaitu Stasiun Halim (Jakarta), Stasiun Karawang, Stasiun Padalarang, dan Stasiun Tegalluar (Bandung). Kehadiran Kereta Cepat Jakarta Bandung akan membawa banyak manfaat bagi masyarakat dan Pemerintah, antara lain tersedianya alternatif moda transportasi massal yang lebih efisien dan modern yang akan meningkatkan kinerja sistem jaringan transportasi.
Dengan beroperasinya Kereta Cepat Jakarta Bandung yang memakai tenaga listrik selain akan mengurangi kemacetan, juga akan mencegah pencemaran oleh emisi gas karbon serta penghematan waktu perjalanan. Selain itu, dengan adanya moda transportasi massal tersebut tentunya akan membuka lapangan pekerjaan pada saat pembangunan proyek maupun saat pengoperasian baik intern di bawah naungan PT KCIC dan juga di kawasan/daerah yang dilalui/ pemberhentian Kereta Cepat Jakarta Bandung.
Pengoperasian Kereta Cepat Jakarta Bandung juga memiliki potensi terhadap pengembangan kawasan baru/pertumbuhan ekonomi di sekitar stasiun, dengan terbukanya peluang usaha khususnya usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang dapat menimbulkan multiplier effect.
Kehadiran Kereta Cepat Jakarta Bandung merupakan upaya Pemerintah meningkatkan pelayanan transportasi nasional dan mendukung pembangunan di wilayah Jakarta Bandung dan telah ditetapkannya sebagai salah satu PSN melalui Perpres No.93 Tahun 2021.
Konektivitas dan aksesibilitas pada proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung dan pengembangan Transit Oriented Development (TOD) di kawasan stasiun harus dilakukan secara berkolaborasi bersama antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan BUMN/Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).
Kereta Cepat Jakarta Bandung juga akan memiliki akses konektivitas langsung antarmoda untuk memudahkan masyarakat pengguna memanfaatkan fasilitas transportasi massal ini. Kereta Cepat Jakarta Bandung di Stasiun Halim akan terhubung dengan Bandara Udara Halim Perdanakusuma, Stasiun LRT Jabodebek, Bus Rapid Transit (BRT) serta moda lainnya.
Kereta Cepat Jakarta Bandung akan terhubung dengan LRT Jakarta dan MRT jalur Fatwawati Cawang-Halim. Tentunya, untuk langkah pertama menuju transportasi massal yang unggul dan terintegrasi, pembangunan Kereta Cepat Jakarta Bandung dapat segera selesai tepat waktu dan dapat menjadi solusi bagi kemajuan transportasi nasional. (IS/AS/RY/HG)