JAKARTA - Polusi udara di Jakarta dan kota-kota penyangganya (Bogor, Bekasi, Depok, Tangerang) juga kota-kota besar lainnya di Indonesia ternyata sudah sangat akut dan menjadi banyak penyebab berbagai gangguan kesehatan bagi masyarakat.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), seperti yang disitir berbagai media nasional mengungkapkan, banyak faktor penyebab polusi udara di Jakarta saat ini, baik bersifat alami maupun tidak alami. Faktor alami berupa musim, arah dan kecepatan angin, hingga lanskap kota Jakarta. Faktor alami ini susah untuk dikendalikan. Adapun faktor tak alami berasal dari aktivitas manusia, seperti sektor transportasi, industri, kegiatan rumah tangga hingga pembakaran sampah.

"Berdasarkan inventarisasi emisi dari berbagai riset beberapa tahun terakhir, pembuangan emisi dari sektor transportasi memang menjadi penyebab utama polusi di Jakarta, disusul industri," ujar Direktur Pengendalian Pencemaran Udara KLHK Luckmi Purwandari dalam keterangan tertulis, seperti yang dikutip Rabu (23/8).

Budaya Bertransportasi

Sektor transportasi yang menjadi penyebab polusi udara kota memang tidak terlepas dari cara masyarakat bertransportasi. Di Jepang, masyarakat mayoritas bertransportasi dengan kendaraan - yang memberikan implikasi jangka panjang ; kotanya relatif tidak terlalu polutif, hemat energi (BBM) dan jalanan kota terhindar dari kemacetan parah, mampu menekan kecelakaan lalulintas dan tentu saja waktu warga masyarakat menjadi lebih produktif, lebih efisien dan efektif.

Mereka – masyarakat Jepang yang tergolong orang kaya pun tidak risih terlebih turun gengsi jika harus bertransportasi dengan kendaraan umum massal.

Sementara di Indonesia, khususnya di Jakarta dan kota-kota penyangganya, masyarakatnya belum memiliki kesadaran untuk menggunakan transportasi umum massal jika bepergian atau menuju kantor, dan lebih banyak kendaraan pribadi yang digunakan sehingga jalanan menjadi padat, macet, dan tentu saja menjadi penyebab polusi udara yang membahayakan.

Infrastruktur yang Memadai

Pemerintah Jepang sejak awal menyadari, tidak mudah menciptakan budaya masyarakat yang “mencintai dan menggunakan transportasi umum massal” untuk bepergian jika infrastruktur transportasi tidak mendukung atau tidak memadai. Karenanya Pemerintah Jepang membangun infrastruktur transportasi massal besar-besaran beberapa dekade lalu. Anggaran Pemerintah digelontorkan secara maksimal untuk membangun infrastruktur transportasi yang memungkinkan Pemerintah Jepang dapat mendorong terciptanya budaya bertransportasi yang efektif dan efisien, hemat, aman dan nyaman bagi masyarakat.

Awalnya budaya bertransportasi ini mungkin sedikit dipaksakan agar budaya bertransportasi ini benar-benar menjadi behavior masyarakat. Infrastruktur transportasi tidak hanya dibangun di kota-kota metropolitan saja, tetapi si seluruh pelosok negeri, sehingga tercipta budaya bertransportasi nasional bangsa Jepang. Agar masyarakat Jepang semakin mencintai bertransportasi umum massal maka faktor keamanan, kenyamanan dan keselamatan menjadi perhatian penuh Pemerintah Jepang.

Mengejar Ketertinggalan Infrastrutur Transportasi

Saat didapuk sebagai Presiden RI, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan bahwa sistem transportasi umum massal di Indonesia jauh tertinggal dibandingkan negara tetangga lainnya. Infrastruktur transportasi tertinggal jauh, budaya bertransportasi masyarakat juga belum terbentuk.

Presiden Jokowi mengungkapkan, sejumlah negara lain mulai menerapkan teknologi transportasi hyperloop, sementara Indonesia masih berkutat pada masalah high speed train.

“Untuk itu, dalam pembangunan transportasi massal, baik MRT (Mass Rapid Transit), LRT (Ligth Rail Transit), kereta cepat dan lainnya, kita harus berani mengejar ketertinggalan itu. Kita juga harus berpikir jauh ke depan karena teknologi transportasi berkembang sangat cepat,” ujarnya.

Kementerian Perhubungan yang diamanahi Pemerintah untuk membenahi transportasi umum massal saat ini memang tengah berbenah dan mengatasi ketertinggalan infrastruktur transportasi yang sudah tertinggal jauh dari negara-negara maju lainnya, dan sebagai upaya untuk mengatasi kemacetan lalu-lintas yang semakin menggila, dan terus membangun budaya masyarakat untuk memiliki budaya baru bertransportasi dengan menggunakan transportasi umum massal.

Kutipan Presiden Kolombia, Gustavo Fransisco Petro Urrego mungkin penting untuk kita renungkan, ditengah meningkatnya dinamika masyarakat beraktifitas sehari-hari, transportasi umum massal seharusnya menjadi pilihan utama; agar jalanan tidak macet, agar polusi udara tidak menggila, serta kecelakaan lalu-lintas makin bisa ditekan, negara bisa menghemat devisa untuk BBM yang kian hari kian bertambah jumlahnya.

Kutipan dari Presiden Kolombia, Gustavo Fransisco Petro Urrego itu berbunyi ; “Negara yang maju bukan tempat dimana orang miskin bangga dan menggunakan mobil pribadi, namun negara maju adalah dimana orang-orang kaya makin sadar dan mau menggunakan transportasi umum massal”.

Kita harus berbenah. Perlu Kesadaran dan Perubahan Budaya Kolektif Bangsa untuk bangga dan mulai menggunakan transportasi umum massal kemanapun kita pergi agar polusi udara bisa ditekan, dan kemacetan parah dapat dihindari. (IS/AS/SHL/HG)